Total Tayangan Halaman

Selasa, 27 April 2010

DIA GURU NGAJIKU


Gimana kabar teman-teman SMA ? tanyaku pada sahabat SMA ku, yang satu-satunya masih terus berkomunikasi dan berbagi informasi hingga sekarang. Maklum yang lainnya sudah pada nikah dan yang lainnya lagi entah pada kemana dan nomor kontak pun nggak tahu. Sebut saja N. Serentetan cerita mengalir begitu saja dan kutanggapi dengan biasa saja karena memang hanya seputar si A nikah dengan si B dan si C nikah dengan si D, si E sudah dikaruniai 2 anak bla bla bla hemmm,,,,,tiba-tiba angka 22 seperti ditulis besar-besar didepan mataku hehe :D. usia yang memang sudah wajar, hatiku pun ikut berbisik,. tersentak aku pada cerita terakhir, sahabatku yang dulunya lugu, polos, pendiam dan g neko-neko, sebut saja R, mengandung anaknya sebelum ada ucap ijab qabul antara orangtuanya dan pendampingnya. Setelah buah hatinya menghirup udara dunia, suaminya meninggalkannya, pergi dan tidak ada kabar berita lagi.

Huff…kumenarik nafas dalam-dalam. Alam fikiranku kembali mengingati masa-masa sekolah bersamanya dahulu. Masa-masa yang paling indah kata alm. om crisye. Agar ku dapat menyerap ilmu Qiro’ah nya aku sering nginap dirumahnya, hemmm subhanallah ternyata keluarganya memang keluarga yang bacaan Al-Qur’annya bagus. Alangkah senangnya hatiku yang mengajariku tidak hanya beliau tetapi juga ibunya langsung. Suaranya yang merdu dan lembut membuatku terhanyut dan tidak sabaran ingin cepat-cepat bisa seperti dia agar ku tidak kalah saing haha.. (jangan ditiru adegan berbahaya :D). karena ajang kompetisi adalah salah satu cara untuk menjaga motivasi belajar kami. Untungnya dia tidak satu kelas denganku dikelas 3 nya, aku di kelas IPA dan dia di kelas IPS. Hehe. Tapi ajang kompetisi tetap jalan terus, dan Alhamdulillah target kita tercapai untuk meraih juara yang diharapkan. Tapi, inilah yang membedakan antara aku dan dia, bacaan Al-Qur’annya lebih bagus dariku. Belajar qiro’ah ku masih kurang intensif dan masih perlu terus belajar dan belajar. Wajarlah setiap harinya dia selalu belajar dan mendapat didikan langsung dari Masternya langsung, ibu dan ayahnya sendiri. Hehe pembelaan diri :p ..

Iman adalah mutiara judul nasyid by raihan. Iman tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertaqwa, ia tak dapat dijual beli, ia tiada ditepian pantai.lirik nasyid itu Bersenandung kembali dalam fikiranku. Jika mereka yang memiliki orang tua yang memiliki basic agama yang bagus memiliki anak yang prilakunya berputar 90/180 derajat dari orang tuanya. Tidak menutup kemungkinan seorang anak yang berasal dari keluarga yang agamanya biasa-biasa saja tiba-tiba menjadi da’I/ah dan hafidz/ah. karena iman tidak diperoleh dari didikan orang tua, tapi bisa jadi ia dapatkan dari lingkungan barunya. Walaupun memang didikan orang tua adalah salah satu cerminan dari seorang anak. Seperti Lingkungan kampus atau lingkungan kost/asrama misalnya dapat menjadi sumber motivasi untuk menambah ilmu agama, walau di lingkungan keluarga tidak pernah ditanamkan prinsip-prinsip islam. Jangan pesimist untuk jadi seorang hafidz/ah walau lingkungan keluarga yang kurang bahkan sama sekali tidak mendukung.

Hemm..kembali ke cerita awal, subhanallah, dia sahabat perjuanganku dan guru ngajiku, motivasi belajarnya masih seperti yang dulu. Terbukti dari kuliahnya masih terus ia lanjutkan, walau harus mengorbankan pengasuhan anaknya ke orang tuanya di kampung halaman. Meski tak pernah lagi komunikasi karena no HP nya dia ganti dan tidak memberitahuku, dan ketikapun aku pulang kampung dia lagi nggak pulang kampung, dia tetaplah menjadi sahabat terbaik ku. Hanya berharap semoga ia kembali seperti yang dulu, tidak terikut-ikut pergaulan bebas dan lainnya.

Maha Suci ALLAH yang maha membolak-balikkan hati manusia. Ya rabb istiqamahkan kami dalam keimanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar